Jumat, 10 Juni 2011

Resensi Kumcer Meminang Bidadari karya Asma Nadia


JUDUL             :  MEMINANG BIDADARI
PENGARANG : ASMA NADIA
PENERBIT      : FBA PRESS
ANGKATAN    : 2000
MASA              : PEMBEBASAN
TEBAL BUKU : 191 halaman
SINOPSIS :
                Menikah menjanjikan kebahagiaan dan pernikahan merupakan penantian semua gadis. Kumpulan cerpen ini bernafaskan seputar pernak – pernik pernikahan dan dikemas secara islami. Dengan membaca cerpen ini, diharapkan agar pembaca bisa belajar melihat persoalan keluarga melalui cerita untuk mampu memperkaya jiwa dan membelakangkan ego kita untuk bisa luas dan luwes dalam menyikapi persoalan. Dalam Meminang Bidadari, pengarang mencoba menggugah rasa kemanusiaan di antara tuntutan perjuangan perang membebaskan tanah Palestina. Dalam penggambaran perjuangan ini terdapat kisah cinta Ayyash dan Ayesha yang sangat murni dan manusiawi.
                Ayyash dan Ayesha merupakan tetangga sejak kecil, namun mereka tidak pernah saling bicara. Hanya senyum ketika mereka berpapasan, ternyata sejak kecil Ayesha selalu memperhatikan tingkah laku Ayyash. Hingga Ayesha menyimpan rasa kagum dan simpati terhadap Ayyash. Peperangan di tanah Palestina yang mengajarkan mereka untuk ikut dalam barisan perjuangan. Sejak berumur lima tahun, Ayesha mengikuti gerakan wanita dalam perjuangan itu yang dipimpin oleh ibunya Ayyash. Ayyash merupakan salah satu anak dari pemimpin tertinggi di Hamas, ayah dan kedua kakak laki-laki Ayyash meninggal dalam penyerangan markas Israel, sedangkan adik perempuan Ayyash meninggal karena diperkosa dan dibunuh oleh tentara Israel dengan tubuh yang tercabik-cabik. Berbeda dengan ibu Ayyash yang meninggal karena peluru yang menembus kepalanya, dalam menghadapi itu semua Ayesha melihat ketegaran yang luar biasa dalam diri Ayyash. Menanggapi kepergian keluarganya, Ayyash tidah pernah menampakkan kesedihan dan air mata. Ayyash hanya menuturkan doa dalam setiap langkahnya.
                Begitu juga yang dipahami Ayesha, cara pejuang menghadapi kematian keluarga yang mereka cintai. Sekarang Ayesha telah berumur 20 tahun, Ayesha tinggal bersama ammah atau bibinya. Suatu ketika ammah menawarkan kepada Ayesha untuk menikah dengan Ayyash. Untuk memikirkan dan mengambil keputusan ammah memberikan waktu tiga hari kepada Ayesha. Dalam pemikirannya Ayesha selalu memantapkan hatinya pada pernikahan yang umrnya lebih pendek dari umur jagung itu. Pernikahan yang berlangsung hanya berumur sehari semalam karena Ayyash harus pergi berperang untuk memusnahkan markas utama Israel yang berada di perbatasan. Hingga hari ketiga akhirnya Ayesha sudah bisa mengatakan kepada ammahnya bahwa dia akan melangsungkan pernikahan dengan Ayyash.
                Dalam pernikahan yang hanya berumur semalam itu, Ayyash menegarkan hati Ayesha agar tidak menangisi kepergiannya. Setelah shalat tahajud dan tilawah bersama, Ayyash mengatakan cinta kepada Ayesha. Disaat pagi menjelang ternyata Ayesha pergi terlebih dahuluh daripada Ayyas ke perbatasan. Dan terdengar ledakan, namun Ayyash sama sekali tidak mendengar ledakan itu. Ammah ayesha memberitahukan hal ini kepada Ayyash, namun hati Ayyash tetap tenang menghadapi semua itu. Ada kebahagiaan yang tersimpan dihati Ayyash, ternyata dia telah menikahi bidadari. Sampai akhirnya Ayyash menyusul kepergian istrinya itu dalam perjalanannya ke perbatasan dengan mengaktifkan alat peledak yang melilit di tubuhnya.

PENDAPAT :
                Cerpen meminang bidadari ini mengajarkan kita dalam hal kemurnian cinta yang didasari oleh ketulusan hati dan rasa kemanusiaan dalam memperjuangkan tanah Palestina. Dalam kisah cinta ini, juga memberikan ilusi untuk melakukan pengorbanan dalam menjemput kebahagiaan. Bahwa suatu kebahagiaan itu tidak hanya bisa didapat di dunia, inilah isi tersirat dari pemeranan Ayyash dan Ayesha.
                Dalam kumpulan cerpen ini, pengarang berusaha memberikan wawasan atas kehidupan mulai dari pernikahan hingga langkah selanjutnya dengan belajar melihat segala persoalan yang akan dihadapi dalam menjalani rumah tangga. Oleh sebab itu, penulis memberi stimulus kepada pembaca untuk bersikap luwes dan memiliki keluasan pemikiran dalam menghadapi masalah. Dengan mengedepankan logika dan kerasionalan maka persoalan akan selesai jika dibandingkan ketika kita hanya mengedepankan

0 komentar: